Jakarta: The Yudhoyono Institute (TYI), salah satu lembaga think tank di Indonesia menggelar Diskusi Online pada Sabtu (20/6). Diskusi Online yang digelar sejak pukul 15.00 WIB ini mengambil tema “Kelanjutan Pendidikan di Masa Pandemi” sebagai sarana untuk melihat perkembangan keberlangsungan pendidikan di Indonesia saat ini. Dalam diskusi tersebut, TYI mengundang beberapa stakeholder yang bergerak di bidang pendidikan, diantaranya adalah Dede Yusuf Anggota DPR RI dari Komisi X, Jejen Musfah Wasekjen PB PGRI, Farhan Azis Presiden Eksekutif Mahasiswa (EM) Universitas Brawijaya, dan Raeni Mahasiswa Indonesia S3 di Luar Negeri.
Diskusi yang dihadiri ratusan peserta baik melalui aplikasi Zoom dan Youtube Channel TYI berasal dari dalam dan luar negeri. Tercatat ada yang berdomisili di Arizona, AS, Jayapura, Kendari, Pontianak, Padang dan kota-kota besar di pulau Jawa.
Diskusi ini dipimpin Mira Permatasari selaku Direktur The Yudhoyono Institute ini mencoba menggali tentang bagaimana kelanjutan pendidikan di Indonesia di masa pandemi. Mira memulai diskusi dengan menggambarkan tentang bagaimana situasi terkini dari dunia pendidikan di Indonesia.
Selanjutnya, Jejen Musfah memberikan gambaran tentang bagaimana situasi terkini para guru di Indonesia, terutama mereka yang tinggal di wilayah-wilayah tertinggal. “Tenaga pengajar, khususnya guru-guru mengalami dampak yang cukup signifikan dimana ada gap pada akses digital dan teknologi serta kesejahteraan. Untuk itu sangat berharap agar tenaga pengajar dibantu sekali soal digital literacy sehingga PJJ menjadi lebih maksimal. Kalau bisa 1 guru 1 laptop, dan adanya bantuan internet dari provider milik BUMN bagi guru-guru.”
ujar Jejen. Dukungan penuh pemerintah harus maksimal dalam upaya mengoptimalkan pendidikan di Indonesia di masa pandemi. Namun ia menambahkan, “Apapun tantangannya, guru-guru tidak akan patah semangat dalam menyukseskan program belajar mengajar.”
Sejalan dengan hal tersebut, Dede Yusuf, selaku anggota DPR RI dari Komisi X yang membidangi soal pendidikan juga menyatakan, “Dengan adanya pandemi ini, membuka mata kita bagaimana kesiapan sistem dan infrastruktur pendidikan di Tanah Air. Kita akan terus menyerap aspirasi seluruh stakeholders dan akan selalu memberikan saran, masukan dan pengawasan terhadap pelaksanannya di lapangan. Kita tahu tidak ada yang siap di dunia ini. Namun perlu jadi catatan agar penting untuk segera membuat road map atau blueprint pendidikan Indonesia ke depan.” ujar Dede Yusuf. Ia juga mengatakan bahwa rakyat menginginkan atensi terhadap pendidikan lebih besar dan negara betul-betul hadir baik bagi peserta didik, para pengajar, lembaga pendidikan dan juga orang tua.
Sementara itu, Farhan Azis banyak menyoroti soal aktivitas perkuliahan yang sedikit terhambat karena pandemi ini juga soal kebebasan berekspresi dalam lingkup akademik. Selain itu, dia juga mengajak pemerintah untuk juga memperhatikan teman-teman yang kuliah di kampus-kampus swasta. Ia mengatakan bahwa teman-teman dari kampus swasta banyak yang mengeluh karena kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah. Farhan juga menambahkan meskipun dinilai agak terlambat pemerintah menerbitkan Permendikbud No. 25 Tahun 2020, namun Farhan cukup mengapresiasi. “Pendidikan harus menyasar ke kelas bawah dan harus dimaknai bukan sekedar transfer of knowledge tapi juga mencerdaskan dan membentuk karakter generasi penerus bangsa,” ia menambahkan.
Di sisi yang lain, Raeni, seorang mahasiswa Indonesia yang sedang berkuliah di Inggris, banyak menceritakan bagaimana perkuliahan di Inggris tetap dilaksanakan secara online dan tetap mengutamakan keselamatan siswa dan pengajar. Pemerintah Inggris menetapkan kebijakan sistem pembelajaran jarak jauh selama masa pandemi ini. “Yang menarik adalah bagaimana pihak universitas justru sangat memperhatikan mahasiswanya dan benar-benar memastikan kelanjutan pendidikan meski dalam masa pandemi,” ujar Raeni. Selain itu, KBRI sebagai representasi dari Pemerintah Indonesia juga banyak membantu para mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di luar negeri. “Kami juga banyak dibantu oleh pihak KBRI yang sangat membantu kami selama masa pandemi ini,” tambahnya. Ia berpesan bahwa jangan sampai masa pandemi ini menyurutkan semangat dan proses kelanjutan pendidikan bagi para pelajar.
Di akhir diskusi, para pembicara juga sepakat bahwa urusan kesehatan dan keselamatan siswa atau mahasiswa adalah hal yang paling utama dari apapun kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Kolaborasi dan komunikasi antara aktor-aktor dari pemerintah maupun masyarakat juga harus dilakukan terus menerus sebagai usaha untuk bersama-sama menyelamatkan generasi muda Indonesia ke depan.
Diskusi ini juga memberikan beberapa rekomendasi untuk pemerintah, utamanya Kemendikbud dalam mengelola dan melaksanakan sistem pendidikan di Indonesia selama pandemi. “Intinya, tujuan dari diselenggarakannya diskusi ini adalah untuk bersama-sama mencari solusi yang baik untuk masa depan pendidikan di Indonesia. Pendidikan adalah kunci dari upaya menaikkan kualitas sumber daya manusia Indonesia,” pungkas Mira. (iif)