SIGN IN YOUR ACCOUNT TO HAVE ACCESS TO DIFFERENT FEATURES

FORGOT YOUR PASSWORD?

FORGOT YOUR DETAILS?

AAH, WAIT, I REMEMBER NOW!

The Yudhoyono Institute

  • Language:
  • English
  • Bahasa
  • LOGIN
  • Home
  • About TYI
    • Vision Mission
    • Merchandise
    • Contact
    • Locations
    • Jobs at TYI
  • What We Do
    • Publications
      • Majalah Strategi
      • Analysis
    • Trainings
      • Leadership and Management Trainings
      • Business Leader Brief
    • Regular Forums
      • Roundtable Discussion
      • Dialogue with Grass Root
      • Annual Dialogue
      • Series of Lecture
  • Programs
  • Latest Event
    • TYI Goes to Campus
    • Dialog Rakyat
    • Roundtable Discussion
    • Diskusi Online
    • Esai #SBYQuoteTYI
    • Esai #SBYQuoteTYI Jilid 2
    • Webinar TYI
    • ANNUAL POLICY DIALOGUE 2022
    • Others
  • Press Room
  • Books of SBY
  • SBY Corner: A Better World is Possible
Contact
TYI

INDONESIA 5.0: MEREALISASI EKSPEKTASI

Senin, 17 Mei 2021 / Published in Esai #SBYQuoteTYI, Survive Grow Win

INDONESIA 5.0: MEREALISASI EKSPEKTASI

Oleh: Malvin Heraldo Napitupulu

Society 5.0

Peradaban manusia tengah mengalami perkembangan pesat berkat teknologi. Revolusi industri 4.0 menjadi tajuk yang telah digaungkan di seluruh dunia. Merespons isu tersebut, Jepang telah menelurkan konsep Society 5.0, sebuah visi kehidupan manusia. Society 5.0 menggambarkan tatanan masyarakat yang berpusat pada manusianya sendiri dengan menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi terhadap resolusi permasalahan manusia, melalui integrasi dunia maya dan dunia nyata. Society 5.0 akan ditandai dengan pemanfaatan teknologi yang bisa lebih menjawab isu sosial masyarakat, antara lain: internet of things (IoT) mengkoneksikan segala sesuatu sehingga informasi dapat tersebar dan menciptakan nilai tambah; kecerdasan buatan membantu menganalisis informasi dalam skala masif yang saat ini menjadi tantangan karena keterbatasan keahlian; robot dan automasi membantu mengurangi beban pekerjaan serta melakukan hal-hal yang tampak mustahil. Berkat nilai tambah yang dihasilkan, manusia terbebas dari berbagai macam masalah sosial yang selama ini timbul.

Indonesia, dengan banyaknya jumlah penduduk, tentu memiliki beragam permasalahan dalam kehidupan masyarakatnya. Indonesia 5.0 merupakan gagasan menciptakan suatu tatanan masyarakat Indonesia yang cerdas, hidup berdampingan dengan teknologi dalam rangka meningkatkan nilai hidup manusia, sesuai konsep society 5.0. Tetapi, terdapat berbagai tantangan dalam penerapannya, seperti dalam sektor hukum dan pemerintahan, infrastruktur teknologi, serta sumber daya manusia dan budaya masyarakat.

Proteksi untuk Transformasi

Pemerintah sebagai penentu kebijakan tentu memiliki peran besar dalam transformasi bangsa. Formulasi rencana strategis nasional perlu dilakukan dengan diikuti berbagai platform penunjang. Penerapan juga harus dimulai dalam tata kelola pemerintahan, yakni dengan pemanfaatan teknologi untuk integrasi setiap instansi dalam pencapaian rencana. Penerapan juga membutuhkan payung hukum untuk melindungi pemanfaatan data masyarakat, mengingat data menjadi faktor kunci yang dapat berpengaruh kepada kedaulatan negara. Undang-Undang Perlindungan Data Prbadi (UU PDP) menjadi harapan bagi pemenuhan hak-hak masyarakat dalam memilih dan menghapus informasi pribadi sehingga mendapatkan rasa aman. Oleh karena itu, komitmen pemimpin negara dituntut dalam merealisasikan legislasi tersebut untuk membentuk ekosistem yang aman.

Janji Konstruksi Teknologi

Kemajuan pemanfaatan teknologi harus dicapai dalam mengejar ketertinggalan yang terjadi. Pengenalan akan nanoteknologi, bioteknologi, sampai kecerdasan buatan perlu disebarluaskan dalam berbagai sektor kehidupan. Skala proyek riset harus diperluas disertai rencana pengembangan inovasi nasional yang dijalankan konsekuen, termasuk dalam skema investasi, perpajakan, dan lain-lainnya.

Pemerataan akses penggunaan teknologi juga menjadi permasalahan di Indonesia, khususnya bagi wilayah timur. Pada 2016, dicatat bahwa pengguna internet sekitar 51% dari jumlah penduduk Indonesia, dengan total hanya 9,4 juta penduduk Papua dan Nusa Tenggara yang menggunakan internet. Kontribusi kedua wilayah tersebut hanya sekitar 7,2% dibanding jumlah semua pengguna internet di Indonesia. Tanpa pemerataan infrastruktur digital yang memadai, ketimpangan akan semakin tinggi dan pembangunan yang terjadi akan bersifat eksklusif, menjauhi persamaan hak warga negara.

Di samping hal itu, kinerja digital Indonesia pun belum dalam kualitas pelayanan yang baik. Pada tahun 2017, kecepatan rata-rata akses internet Indonesia hanya sebesar 3,9 Mbps, masih tertinggal dari Singapura, Thailand, dan Malaysia. Dalam hal bandwith pun masih tertinggal jauh dibanding ketiga negara di atas. Kedua indikator penetrasi internet tersebut menunjukkan ketidaksiapan infrastruktur digital menuju Indonesia 5.0 sehingga diperlukan komitmen untuk membangun sektor ini.

Mental Digital

Menciptakan Indonesia 5.0 berfokus kepada masyarakat sebagai pusat dari peradaban. Oleh karena itu, visi besar ini harus disebarluaskan dalam seluruh aspek hingga terciptanya suatu konsensus kehidupan bermasyarakat. Hal ini dicapai dengan reformasi sistem pendidikan yang menekankan pada keterlibatan seluruh pihak dalam peningkatan literasi digital. Saat ini, belum ada kemitraan berkesinambungan dalam melakukan pergerakan literasi digital yang seharusnya dapat menyentuh komunitas terkecil, yakni keluarga, karena target akhir berupa perubahan pola dan cara berpikir dan bekerja masyarakat Indonesia.

Paradigma pendidikan sendiri tengah diubah dengan kemerdekaan belajar yang dibarengi pembentukan guru/pendidik profesional yang membiasakan pemanfaatan teknologi dalam aktivitas sehari-hari. Namun, dengan ketimpangan, hal tersebut menjadi tantangan untuk diwujudkan dalam skala nasional. Selain itu, perlu diingat bahwa bangsa bisa berdaya saing dalam dunia digital ketika pendidikan membuahkan manusia-manusia yang berkeahlian tingkat global.dalam dunia siber, data, dan sejenisnya. Oleh karena itu, penguatan bidang terkait harus dilakukan agar kesempatan generasi penerus semakin terbuka dalam berkecimpung di dunia digital, yang diiringi dengan skema pendidikan tinggi yang mendukung.

Berubah untuk Menang

“Yang survive, grow and win adalah mereka yang tahu dunianya tengah dan telah berubah, kemudian ikut melakukan perubahan. Yang menjadi the winners adalah mereka yang adaptif, inovatif, dan open minded”
– Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden Republik Indonesia ke-6 –

Mewujudkan Indonesia 5.0 berarti merevolusi budaya bangsa. Kecepatan pergeseran zaman adalah saingan dalam kompetisi global saat ini. Karakter bangsa yang cerdas terhadap teknologi memungkinkan kita menjadi pemenang sekaligus contoh kemajuan peradaban.

What you can read next

Inovasi Pemerintah Daerah Sebagai Respon Perubahan Zaman dan Mendukung Kesejahteraan Masyarakat
Pentingnya Kontrol Kekuasaan di Tengah Dekadensi Demokrasi
Pilar ASEAN Economic Community: Upaya Integrasi Penuh dan Terpadu

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent Posts

  • Materi The Yudhoyono Institute Panel Discussion “Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan, dan Ekonomi Global”

    Saksikan Siaran Langsung: The Yudhoyono Institu...
  • Panel Discussion “Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan, dan Ekonomi Global”

    The Yudhoyono Institute Panel Discussion “Dinam...
  • AHY Optimis Indonesia Bisa Menjadi Negara Yang Maju

    Kupang, NTT: Di hadapan ratusan mahasiswa-mahas...
  • Ada Tren Kemunduran Demokrasi, AHY Ajak Indonesia-Australia Jaga Kualitas Demokrasi

    Australia: “Ada tren kemunduran demokrasi yang ...
  • World leaders and experts gathers on 31 October and 1 November in Berlin, capital to the current G7 Presidency, to seek solutions to the multiple crises.

    From left to right: First row: – Dalia Gr...

SIGN UP TO OUR NEWSLETTER

RESOURCES

  • Contact
  • Jobs at TYI
  • Media Resources
  • Follow

ABOUT

  • The Yudhoyono Institute at a Glance
  • Vision Mission
  • History
  • Location

© 2023 - The Yudhoyono Institute

TOP