Oleh: Ilham Nur Muhammad
Sudah satu tahun lebih semenjak pandemi covid-19 meliputi dunia, tak terkecuali negara kita tercinta Indonesia. Pengaruhnya sangat besar di setiap lini kehidupan, tidak ada satu pun yang bisa lepas dari jeratan efek dari pandemi ini. Kita tentu tidak akan membayangkan sebelumnya bahwa setiap hari akan menatap layar kaca untuk bekerja, bersekolah, berkonsultasi kesehatan dengan dokter, hingga melakukan aktivitas lainnya.
Mungkin sedasawarsa ke belakang ini telah digebrak dengan munculya berbagai platform belanja online hingga transportasi online yang membuatnya serba digital. Perubahan kala itu sangat berimbas pada sistem konvensional yang sebelumnya eksis hingga timbul gesekan sampai pertikaian. Mereka yang merasa dirugikan oleh perubahan itu mengerang karena kesulitan yang dialaminya, mau tak mau akhirnya dipaksa untuk mengikuti perubahan ini. Ojek pangkalan yang awalnya adem ayem terusik dengan ojek online dan took-toko fisik mulai kalah bersaing dengan toko online dengan segala kelebihannya seperti diskon, cashback, sampai bonus-bonus yang ditawarkannya kepada konsumen.
Tidak bisa dipungkiri bahwa memang perubahan itu nyata dan kita rasakan dampaknya. “Tidak ada yang tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri, semua berubah hanya satu yang tidak berubah yaitu berubahan, berubah atau mati.” Begitulah kutipan dari filsuf Yunani bernama Heraclitus yang dikenal sebagai filosof perubahan (Muller-Merbach, 2006). Ungkapan ini menunjukkan bahwa perubahan adalah fenomena hidup yang tidak bisa dihindari tetapi harus dihadapi. Sebuah perubahan pasti terjadi cepat atau lambat, dikehendaki atau tidak.
Dengan adanya pandemi yang hampir satu setengah tahun ini, banyak sekali perubahan yang terjadi secara masif hingga membuat masyarakat keteteran untuk mengimbangi perubahan itu. Perlu perjuangan ekstra memang untuk menghadapi sebuah hal yang berbeda dengan kebiasaan, namun sebagai manusia kita harus bisa beradaptasi dan berevolusi. “Yang survive, grow, and win adalah mereka yang tahu dunianya tengah dan telah berubah, kemudian ikut melakukan perubahan.” Kutipan pesan dari presiden ke-6 RI Bapak Susilo Bambang Yudhoyono ini seolah menekankan bahwa kita harus sadar bahwa ada perubahan dan secara sadar pula ikut berubah. Tidak peduli seberapa besar hal yang berubah itu, pasti ada cara yang bisa dilakukan untuk bertahan, berkembang dan akhirnya memenangi perubahan itu. “Yang menjadi the winners adalah mereka yang adaptif, inovatif, dan open minded.”
Sebagai bangsa, Indonesia juga tidak akan luput dari pengaruh perubahan global. Di era globalisasi yang memasuki revolusi industri 4.0 dengan artificial intelligent (AI) yang semakin marak, membuat segala bidang kehidupan akan terdampak. Semakin sedikit kebutuhan pekerja kasar karena tergantikan dengan mesin. Maka dari itu perlu dipersiapkan tenaga kerja Indonesia yang terampil dan memiliki daya saing agar unggul bukan hanya dibanding mesin AI tetapi juga tenaga kerja asing yang marak masuk ke dalam negeri.
Dalam mengikuti perubahan ini pemuda juga harus membekali diri dengan kemampuan teknologi agar bisa mengembangkan diri dan membangun Indonesia sehingga tidak terus bergantung dengan luar negeri. Respon terhadap perubahan sebenarnya sudah mulai ada di bidang pendidikan, beberapa perguruan tinggi mulai membuka program studi yang menyesuaikan perkembangan teknologi. Sebut saja Universitas Airlangga dengan program studi teknologi sains data, teknik robotika dan AI, hingga rekayasa nanoteknologi. Fasilitas pendidikan seperti ini selayaknya menjadi peluang yang bisa dimanfaatkan oleh generasi muda untuk menimba ilmu yang bisa diterapkan di era modern ini.
Pergeseran menuju platform online di bidang lain seperti kesehatan juga sangat krusial. Saat ini saya sesuai dengan bidang yang saya geluti yaitu kedokteran gigi juga mengembangkan teledentistry dan konten edukasi kesehatan. Teledentistry merupakan wadah untuk memberikan informasi kepada masyarakat berupa konsultasi online mengenai keluhannya sebelum datang ke dokter gigi. Harapannya pasien bisa memiliki gambaran mengenai penyakit yang diderita dan perawatan yang akan didapatkan serta mendapatkan pengetahuan kesehatan. Beberapa platform yang tersedia sebisa mungkin dipergunakan seperti Whatsapp, Instagram, Twitter, Facebook, hingga Telegram. Semuanya bertujuan agar memberi solusi kepada masyarakat sekaligus menjadi inovasi dalam menghadapi arus perubahan modernisasi.
Kehidupan sangatlah dinamis dan tidak ada yang bisa mencegah terjadinya perubahan. Persaingan global semakin jelas di depan mata kita. Siapa yang akan memenangi persaingan dan perubahan ini? Jawabannya adalah kita, sebuah keharusan bagi bangsa Indonesia untuk memenanginya. Sebuah tanggung jawab bagi pemuda untuk meneruskan perjuangan pahlawan pendiri bangsa. Mereka yang meletakkan pondasi kokoh bagi negeri tercinta ini, dan kita lah yang wajib membangunnya hingga megah berdiri. Seberapapun ombak dan badai menerjang, ini adalah perjuangan kita dan sebagai manusia Indonesia yang kuat dengan jiwa-jiwa perjuangannya kita harus mampu bertahan, berkembang, dan menang.