SIGN IN YOUR ACCOUNT TO HAVE ACCESS TO DIFFERENT FEATURES

FORGOT YOUR PASSWORD?

FORGOT YOUR DETAILS?

AAH, WAIT, I REMEMBER NOW!

The Yudhoyono Institute

  • Language:
  • English
  • Bahasa
  • LOGIN
  • Home
  • About TYI
    • Vision Mission
    • Merchandise
    • Contact
    • Locations
    • Jobs at TYI
  • What We Do
    • Publications
      • Majalah Strategi
      • Analysis
    • Trainings
      • Leadership and Management Trainings
      • Business Leader Brief
    • Regular Forums
      • Roundtable Discussion
      • Dialogue with Grass Root
      • Annual Dialogue
      • Series of Lecture
  • Programs
  • Latest Event
    • TYI Goes to Campus
    • Dialog Rakyat
    • Roundtable Discussion
    • Diskusi Online
    • Esai #SBYQuoteTYI
    • Esai #SBYQuoteTYI Jilid 2
    • Webinar TYI
    • ANNUAL POLICY DIALOGUE 2022
    • Others
  • Press Room
  • Books of SBY
  • SBY Corner: A Better World is Possible
Contact
TYI

Kehidupan modern mampu mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan dicapai bersamaan

Senin, 17 Mei 2021 / Published in Esai #SBYQuoteTYI, Lingkungan Mitos

Kehidupan modern mampu mewujudkan pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan dicapai bersamaan

Oleh: Susilawati 

Mitos yang mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan tidak mungkin dicapai secara bersamaan harus ada yang dikorbankan, ini merupakan mitos lama dan menjadikan pembangunan kehidupan manusia tidak harmoni karena dengan rusaknya lingkungan pada akhirnya akan menyulitkan kehidupan manusia itu sendiri. Bencana alam yang seringkali muncul akibat ulah manusia yang menewaskan banyak orang tidak berdosa adalah akibat dari pengambilan kebijakan yang tidak menyertakan lingkungan sebagai dasar berpijak, berdampak alam dan keseimbangan semua makhluk hidup di bumi menjadi terganggu.

Semakin berkembang dan modernnya kehidupan manusia di dunia, menyiratkan bahwa semakin ingin manusia dapat hidup berdampingan dengan alam. Dulu saat kehidupan manusia belum berkembang seperti sekarang, kesadaran manusia belum muncul dan menganggap pertumbuhan ekonomi satu-satunya sebagai sumber kehidupan bagi manusia. Dengan mengabaikan alam sehingga banyak lingkungan yang rusak dan membahayakan keselamatan manusia. Banyak bencana alam yang diakibatkan ulah manusia karena mengeksploitasi alam, mengeruk keuntungan ekonomi sebesar-besarnya di sisi lain telah menghancurkan plasma nuftah (substansi pembawa sifat keturunan yang dapat berupa organ utuh atau bagian dari tumbuhan atau hewan serta jasad renik. Plasma nuftah merupakan kekayaan alam yang sangat berharga bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mendukung pembangunan nasional, Wikipedia). 

Kurangnya pemahaman manusia bahwa manfaat ekonomi dapat diperoleh sekaligus dengan tetap terjaganya lingkungan yang memiliki nilai kekayaan biodiversity yang tidak bisa dinilai dengan nominal. Inilah yang menjadi persoalan bagi stakeholders bagaimana bisa menghasilkan kemanfaatan ekonomi tetapi alam tetap terjaga baik, karena sebagai sesama makhluk hidup sejatinya saling ketergantungan dalam proses kehidupan yang tidak bisa dipisahkan. Oleh karena itu dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan akan terus semakin membuka kesadaran manusia untuk berpikir lebih luas agar tercipta kehidupan yang lebih ramah terhadap lingkungan, stabil dan berkelanjutan.

Kesadaran tersebut mematahkan mitos yang mengatakan bahwa ekonomi lebih utama dari lingkungan. Bagi negara-negara maju umumnya sudah memiliki kesadaran tinggi terhadap kelestarian lingkungan, dalam setiap kebijakan yang diambil selalu mengedepankan pertimbangan atas dasar terjaganya lingkungan. Walau berfokus pada sumber ekonomi yang besar namun berusaha tidak merusak alam sebagai atmosfer yang dibutuhkan bagi kehidupan manusia di bumi. Saatnya masyarakat Indonesia memiliki pola pikir lebih terbuka dan sadar bahwa hidup berdampingan secara seimbang dengan alam dapat mendukung pembangunan nasional lebih optimal. Karena jika tidak, bisa jadi bangsa Indonesia masih dianggap sebagai bangsa primitif oleh negara-negara lainnya di dunia. Dalam menjalankan proses berbangsa, sebuah negara dilihat dari bagaimana mereka memutuskan sebuah kebijakan dalam setiap keputusan yang diambil dengan turut memperhatikan kelestarian lingkungan atau sebaliknya disadari atau tidak. 

Salah satu contoh menarik yang bagus sebagai sumber ekonomi tetapi dengan tetap memperhatikan kelestarian alam dan lingkungan ialah pada wisata konservasi Orangutan di Bahorok, kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Di mana seluruh stakeholders sepakat dan paham bagaimana menjalankan rule wisata yang baik dan bertanggung jawab, sebagai sumber ekonomi masyarakat dan pemerintah daerah. Kelestarian alam sebagai tempat tumbuh kembang biodiversity dan habitat Orangutan, sehingga satwa dapat hidup dan berkembang biak karena didukung kondisi alam yang terjaga akhirnya terdukung baik pula kehidupan spesies yang dilindungi ini. Sebagai satu-satunya tempat berkembang biak habitat Orangutan yang sangat menarik minat wisatawan mancanegara khususnya untuk hadir ke tujuan wisata ini, habitat milik dunia hanya berada di Indonesia. Dengan demikian devisa negara meningkat berdampak multiflier effect bagi ekonomi masyarakat sekitar. 

Jika pola yang dibangun seperti ini mengingat  Indonesia memiliki geografi yang luas di garis khatulistiwa, sebagai negara dengan iklim tropis terbesar di dunia dapat menjadi tujuan wisata dunia selain sebagai sumber ekonomi negara (devisa) dan rakyat dengan kehadiran turis mancanegara, tetapi kekayaan biodiversity di alam tropis terus tumbuh subur telah menyumbangkan suhu yang dibutuhkan dalam menghadapi perubahan iklim akibat tebalnya gas efek rumah kaca dari pembakaran yang dilakukan manusia di bumi yang membuat bumi semakin panas. Bangsa Indonesia adalah bangsa besar yang bisa menjadi pusat yang strategis bagi terciptanya ekonomi yang baik sekaligus kelestarian alam yang terjaga untuk mendukung kehidupan manusia dengan kualitas yang lebih baik dari sebelumnya bagi kehidupan anak cucu di masa depan. Pola ini harus menjadi format berpikir bangsa Indonesia dalam segala aspek kehidupannya. Perkembangan hidup yang bergerak ke era industri 4.0 dan 5.0 sejatinya harus sejalan dengan pola pandang yang ramah terhadap lingkungan.

What you can read next

LEBIH DARI SEKADAR JUMLAH ACUNGAN TANGAN
Ekonomi vis a vis Ekologi
SBY, KOMUNIKASI DAN PEACE BUILDING

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent Posts

  • Materi The Yudhoyono Institute Panel Discussion “Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan, dan Ekonomi Global”

    Saksikan Siaran Langsung: The Yudhoyono Institu...
  • Panel Discussion “Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan, dan Ekonomi Global”

    The Yudhoyono Institute Panel Discussion “Dinam...
  • AHY Optimis Indonesia Bisa Menjadi Negara Yang Maju

    Kupang, NTT: Di hadapan ratusan mahasiswa-mahas...
  • Ada Tren Kemunduran Demokrasi, AHY Ajak Indonesia-Australia Jaga Kualitas Demokrasi

    Australia: “Ada tren kemunduran demokrasi yang ...
  • World leaders and experts gathers on 31 October and 1 November in Berlin, capital to the current G7 Presidency, to seek solutions to the multiple crises.

    From left to right: First row: – Dalia Gr...

SIGN UP TO OUR NEWSLETTER

RESOURCES

  • Contact
  • Jobs at TYI
  • Media Resources
  • Follow

ABOUT

  • The Yudhoyono Institute at a Glance
  • Vision Mission
  • History
  • Location

© 2023 - The Yudhoyono Institute

TOP