SIGN IN YOUR ACCOUNT TO HAVE ACCESS TO DIFFERENT FEATURES

FORGOT YOUR PASSWORD?

FORGOT YOUR DETAILS?

AAH, WAIT, I REMEMBER NOW!

The Yudhoyono Institute

  • Language:
  • English
  • Bahasa
  • LOGIN
  • Home
  • About TYI
    • Vision Mission
    • Merchandise
    • Contact
    • Locations
    • Jobs at TYI
  • What We Do
    • Publications
      • Majalah Strategi
      • Analysis
    • Trainings
      • Leadership and Management Trainings
      • Business Leader Brief
    • Regular Forums
      • Roundtable Discussion
      • Dialogue with Grass Root
      • Annual Dialogue
      • Series of Lecture
  • Programs
  • Latest Event
    • TYI Goes to Campus
    • Dialog Rakyat
    • Roundtable Discussion
    • Diskusi Online
    • Esai #SBYQuoteTYI
    • Esai #SBYQuoteTYI Jilid 2
    • Webinar TYI
    • ANNUAL POLICY DIALOGUE 2022
    • Others
  • Press Room
  • Books of SBY
  • SBY Corner: A Better World is Possible
Contact
TYI

KEMISKINAN

Jumat, 25 Juni 2021 / Published in Esai #SBYQuoteTYI Jilid 2

KEMISKINAN

Oleh: Johriansyah

Dunia terasa tidak sedap jika ada sekitar 80 juta manusia (1% penduduk dunia) yang sangat kaya, bahkan kaya raya, sementara masih ada 800 juta penghuni dunia yang utuk makan pun susah
-SBY-

Kemiskinan merupakan problematika kemanusiaan yang telah mendunia dan hingga kini masih menjadi isu sentral dibelahan bumi manapun terlebih dalam masa pandemi covid-19 semua Negara merasaka dampaknya. Selain bersifat laten dan aktual, kemiskinan adalah penyakit sosial ekonomi yang tidak hanya dialami oleh Negara-negara berkembang melainkan negara maju Singapura dan Jepang .

Masalah kemiskinan merupakan isu sentral di Tanah Air setelah lima tahun terakhir data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan pada Maret 2015 jumlah orang miskin 28,59 juta atau 11,22%, Memasuki Maret 2016 penduduk miskin tercatat 28,01 juta atau 10,86%. Kemudian Maret 2017 penduduk miskin tercatat 27,77 juta atau 10,64%. Terakhir pada Maret 2018 jumlah penduduk miskin tercatat 25,95 juta orang atau 9,82%. Dengan persentase kemiskinan 9,82%, jumlah penduduk miskin atau yang pengeluaran per kapita tiap bulan di bawah garis kemiskinan mencapai 25,95 juta orang. Dari data juga disebutkan jumlah orang miskin di daerah perkotaan periode 2018 tercatat 10,14 juta turun 128,2 ribu orang dibandingkan periode September 2017 sebesar 10,27 juta. Sementara itu di daerah pedesaan turun sebanyak 505 ribu orang (dari 16,31 juta orang pada September 2017 menjadi 15,81 juta orang pada Maret 2018).1

Sumber data BPS untuk mengukur data kemiskinan menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar, dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari pengeluaran. Dengan pendekatan ini dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.

Kemiskinan adalah dimana terjadi ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan dan kesehatan.2 Kemudian menjadi masalah yang kronis karena berkaitan dengan kesenjangan dan pengangguran walaupun kemiskinan dapat di kategorikan sebagai persoalan klasik tetapi sampai saat ini belum ditemukan strategi yang tepat dalam menanggulangi maslah kemiskinan sementara sejumlah penduduk miskin tiap tahunnya meningkat. Masalah kemiskinan adalah masalah yang kompleks dan global. Di Indonesia masalah seperti ini tak kunjung usai, masih banyak kita dapati para pengemis dan gelandangan tidak hanya di pedesaan bahkan di kota-kota besar yang ada di Indonesia.

Kini di Indonesia jerat kemiskinan semakin parah terutama selama masa pandemi Covid-19, dalam setahun covid-19 di Indonesia tidak hanya menimbulkan krisis dari sektor kesehatan tetapi juga krisis ekonomi yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Angka kemiskinan tembus dua digit dalam rentang waktu setahun di karnakan dampak krisis ekonomi.3 Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk miskin pada September 2020 tercatat 27,55 juta orang. Angka penduduk miskin meningkat 1,13 juta orang terhadap Maret 2020. Sebelum virus corona melanda pada September 2019 jumlah warga miskin bertambah 2,76 juta

beberapa hal antara lain:

  1. Kurangnya lapangan pekerjaan dan banyak masuknya TKA dari luar.
  2. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Indonesia.
  3. Tidak meratanya pendapatan penduduk Indonesia, terlebih dalam situasi pandemi covid-19.
  4.  Kurangnya perhatian dari pemerintah, dan banyaknya oknum pemerintahan era Joko widodo yang melakukan Tindak Pidana Korupsi saat ini.

Masalah kemiskinan bisa dibilang menjadi masalah negara yang berkembang setiap tahunnya, dan pemerintah “belum mampu” mengatasi masalah tersebut. Hingga kini dampak kemiskinan pada masyarakat begitu banyak dan kompleks, Di antaranya :

  • Menyebabkan banyaknya pengangguran, tidak ada penghasilan, tidak bisa memenuhi kebutuhan. secara otomatis pengangguran telah menurunkan daya saing dan beli masyarakat.
  • Pendidikan. Angka putus sekolah yang meningkat, mahalnya biaya pendidikan yang tidak bisa di jangkau masyarakat miskin terlebih dalam dalam keadaan pandemi covid-19 saat ini.

Adapun upaya yang dilakukan dalam penuntasan kemiskinan, terdapat tiga cara untuk membantu mengangkat diri dari kemiskinan yaitu melalui :

  1. pertumbuhan ekonomi, dengan membuat pertumbuhan ekonomi bermanfaat bagi rakyat miskin. dan pengeluaran pemerintah.
  2. Layanan masyarakat, membuat atau menyediakan layanan sosial bermafaat bagi rakyat miskin baik oleh sektor pemerintah ataupun swasta dan memperbaiki kualitas pelayanan yang tersedia bagi rakyat miskin.
  3. Membuat pengeluaran pemerintah bermanfaat untuk rakyat miskin, pengeluaran pemerintah dapat membantu mereka yang rentan terhadap kemiskinan (mau dari segi pendapatan atau non- pendapatan).
  • Dampak dari kemiskinan terhadap masyarakat umum sangat begitu banyak dan kompleks, diantaranya Pengangguran, kekerasan, masalah pendidikan dan kesehatan.
  • Tiga cara untuk membantu mengangkat diri dari kemiskinan, melalui pertumbuhan ekonomi, layanan masyarakat dan pengeluaran pemerintah.

What you can read next

SAATNYA MASYARAKAT DEMOKRAT BERGERAK DENGAN PARADIGMA EKONOMI HETERODOKS
Indonesia Emas 2045: Efektivitas Kepemimpinan, Birokrasi, Kinerja dan Partisipasi
Beban dan Harapan Momen 100 Tahun Indonesia Merdeka

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent Posts

  • Materi The Yudhoyono Institute Panel Discussion “Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan, dan Ekonomi Global”

    Saksikan Siaran Langsung: The Yudhoyono Institu...
  • Panel Discussion “Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan, dan Ekonomi Global”

    The Yudhoyono Institute Panel Discussion “Dinam...
  • AHY Optimis Indonesia Bisa Menjadi Negara Yang Maju

    Kupang, NTT: Di hadapan ratusan mahasiswa-mahas...
  • Ada Tren Kemunduran Demokrasi, AHY Ajak Indonesia-Australia Jaga Kualitas Demokrasi

    Australia: “Ada tren kemunduran demokrasi yang ...
  • World leaders and experts gathers on 31 October and 1 November in Berlin, capital to the current G7 Presidency, to seek solutions to the multiple crises.

    From left to right: First row: – Dalia Gr...

SIGN UP TO OUR NEWSLETTER

RESOURCES

  • Contact
  • Jobs at TYI
  • Media Resources
  • Follow

ABOUT

  • The Yudhoyono Institute at a Glance
  • Vision Mission
  • History
  • Location

© 2023 - The Yudhoyono Institute

TOP