SIGN IN YOUR ACCOUNT TO HAVE ACCESS TO DIFFERENT FEATURES

FORGOT YOUR PASSWORD?

FORGOT YOUR DETAILS?

AAH, WAIT, I REMEMBER NOW!

The Yudhoyono Institute

  • Language:
  • English
  • Bahasa
  • LOGIN
  • No products in cart.
  • Home
  • About TYI
    • Vision Mission
    • Merchandise
    • Contact
    • Locations
    • Jobs at TYI
  • What We Do
    • Publications
      • Majalah Strategi
      • Analysis
    • Trainings
      • Leadership and Management Trainings
      • Business Leader Brief
    • Regular Forums
      • Roundtable Discussion
      • Dialogue with Grass Root
      • Annual Dialogue
      • Series of Lecture
  • Programs
  • Latest Event
    • TYI Goes to Campus
    • Dialog Rakyat
    • Roundtable Discussion
    • Diskusi Online
    • Esai #SBYQuoteTYI
    • Esai #SBYQuoteTYI Jilid 2
    • Webinar TYI
    • ANNUAL POLICY DIALOGUE 2022
    • Others
  • Press Room
  • Books of SBY
  • SBY Corner: A Better World is Possible
Contact
TYI

Pilar ASEAN Economic Community: Upaya Integrasi Penuh dan Terpadu

Senin, 17 Mei 2021 / Published in Esai #SBYQuoteTYI, Survive Grow Win

Pilar ASEAN Economic Community: Upaya Integrasi Penuh dan Terpadu

Oleh: Petrus Hari Kurniawan

ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah sebuah kelanjutan dari MEA 2015 yang mempunyai dasar tujuan membentuk ekonomi di kawasan Asia Tenggara khususnya komunitas ASEAN menjadi semakin terintegrasi dan kohesif; meningkatkan daya saing yang dinamis; peningkatan konektivitas dan kerja sama sektoral; inklusif yang berpusat pada masyarakat di kawasan serta menjangkau masyarakat global. Namun beberapa kendala masih dihadapi dalam komunitas ini, seperti perlambatan di sektor perdagangan barang, karena dalam 5 tahun terakhir sekitar 99% produk barang di ASEAN diberlakukan bebas tarif. Sementara di sektor jasa, seperti kebutuhan tenaga profesional menghadapi regulasi lama yang masih harus berlanjut yaitu, masih sedikit bidang profesi yang diajukan.

Beberapa kendala tersebut tentu menjadi pekerjaan rumah bagi komunitas ASEAN yang harus segera dibereskan untuk menciptakan pasar yang inklusif serta berdaya saing secara global. Terlepas dari kendala-kendala di atas, komunitas ASEAN dalam pilar ini patut untuk diperhitungkan menyangkut persoalan ekonomi digital. Berdasarkan sajian data infografis dari We Are Social pada periode Januari 2019, penetrasi pengguna internet berdasarkan kawasan, Asia Tenggara mempunyai data 63% dalam perbandingan jumlah pengguna internet untuk total populasi di dunia.

Artinya, komunitas ASEAN mempunyai modal yang cukup besar untuk mengembangkan pasar ekonomi digital baik secara regional maupun global. Ditambah dengan beberapa negara anggota, seperti Indonesia yang mempunyai bonus demografi yang besar pada 20 tahun kedepan, ASEAN mampu menciptakan pasar ekonomi digital yang menjanjikan. Hal ini terbukti dengan beberapa perusahaan startup di kawasan yang sudah mampu menjadi unicorn start-up, yaitu perusahaan rintisan (berbasis teknologi) yang mempunyai nilai valuasi di atas 1 miliar dollar AS. Berikut daftar perusahaan yang masuk dalam kategori unicorn start-up: Indonesia (Gojek, Tokopedia, Traveloka, Bukalapak), Singapura (Grab, Sea, Razer, Lazada), Vietnam (VGN Corporation), Filipina (Revolution Precrafted).

Proses globalisasi telah membuka peluang kemungkinan persaingan pasar bebas semakin lebar. Tantangan inilah yang memotivasi komunitas ASEAN untuk melakukan inovasi yang lebih progresif sesuai dengan cetak biru visi MEA 2025 yang ketiga, yakni memelihara pertumbuhan

produktivitas yang kuat melalui inovasi, teknologi dan pengembangan sumber daya manusia, serta penelitian dan pengembangan kawasan yang dirancang bagi penerapan komersial untuk meningkatkan daya saing ASEAN dalam upaya menaikkan Rantai Nilai Global (Global Value Chain/ GVCs) ke industri manufaktur dan jasa yang berteknologi tinggi dan padat pengetahuan.

Tentu saja bukan hal mudah untuk mewujudkan misi tersebut, sinergitas dari anggota komunitas yang heterogen harus dalam satu intonasi suara. Regulasi yang menghambat laju pergerakan barang dan jasa juga harus segera diselesaikan agar tercipta iklim ekonomi yang stabil dan berkelanjutan.

Di sisi lain, infrastruktur yang menunjang digital ekonomi belum menyentuh pada pemerataan di setiap negara anggota, seperti Indonesia yang mengalami kendala pemerataan infrastruktur untuk daerah-daerah terdepan, terpinggir, dan terluar sehingga distribusi informasi, barang dan jasa menjadi terhambat. Selain dari aspek regulasi yang menghambat pergerakan laju informasi, barang, dan jasa dalam hal ini kaitannya dengan politik, satu aspek yang juga sangat penting untuk menjaga stabilitas laju pergerakan logistik adalah keamanan.

Bagaimana mengatasi tantangan dan hambatan menjadi kunci utama sinergitas untuk komunitas ASEAN. Meminjam quotes dari Presiden Indonesia keenam, Susilo Bambang Yudhoyono, “Yang survive, grow, and win adalah mereka yang tahu dunianya tengah dan telah berubah, kemudian ikut melakukan perubahan. Yang menjadi the winners adalah mereka yag adaptif, inovatif, dan open minded”, untuk itu perlunya upaya kerja sama yang solid mengatasi tantangan dan hambatan tersebut dalam rangka mewujudkan pasar yang terpadu dan terintegrasi penuh. Upaya ini tentu saja tidak bisa dibebankan begitu saja pada pilar utama ASEAN Economic Community (AEC), namun semua pilar utama harus ikut terlibat membangun integritas komunitas ASEAN dalam menghadapi dinamika politik regional maupun global.

What you can read next

Ekonomi vis a vis Ekologi
FOOD PROCESSING TECHNOLOGY INNOVATIONS (FOPTI): SOLUSI MENGHADAPI GUNCANGAN RANTAI PASOK MAKANAN SELAMA PANDEMI COVID-19
Kekerasan di Jerusalem, Peran Indonesia dan Perdamaian Dunia

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent Posts

  • AHY Optimis Indonesia Bisa Menjadi Negara Yang Maju

    Kupang, NTT: Di hadapan ratusan mahasiswa-mahas...
  • Ada Tren Kemunduran Demokrasi, AHY Ajak Indonesia-Australia Jaga Kualitas Demokrasi

    Australia: “Ada tren kemunduran demokrasi yang ...
  • World leaders and experts gathers on 31 October and 1 November in Berlin, capital to the current G7 Presidency, to seek solutions to the multiple crises.

    From left to right: First row: – Dalia Gr...
  • Dari Berlin, SBY Serukan Para Pemimpin Dunia Turunkan Ego dan Bekerjasama Atasi Ancaman Krisis Global

    Berlin – Presiden ke-6 RI Susilo Bambang ...
  • Bicarakan Potensi dan Solusi Krisis Dunia, The Yudhoyono Institute Inisiasi Dialog Kebijakan Bersama Club de Madrid di Berlin

    Jakarta – Sejumlah mantan pemimpin negara...

SIGN UP TO OUR NEWSLETTER

RESOURCES

  • Contact
  • Jobs at TYI
  • Media Resources
  • Follow

ABOUT

  • The Yudhoyono Institute at a Glance
  • Vision Mission
  • History
  • Location

© 2023 - The Yudhoyono Institute

TOP