SIGN IN YOUR ACCOUNT TO HAVE ACCESS TO DIFFERENT FEATURES

FORGOT YOUR PASSWORD?

FORGOT YOUR DETAILS?

AAH, WAIT, I REMEMBER NOW!

The Yudhoyono Institute

  • Language:
  • English
  • Bahasa
  • LOGIN
  • Home
  • About TYI
    • Vision Mission
    • Merchandise
    • Contact
    • Locations
    • Jobs at TYI
  • What We Do
    • Publications
      • Majalah Strategi
      • Analysis
    • Trainings
      • Leadership and Management Trainings
      • Business Leader Brief
    • Regular Forums
      • Roundtable Discussion
      • Dialogue with Grass Root
      • Annual Dialogue
      • Series of Lecture
  • Programs
  • Latest Event
    • TYI Goes to Campus
    • Dialog Rakyat
    • Roundtable Discussion
    • Diskusi Online
    • Esai #SBYQuoteTYI
    • Esai #SBYQuoteTYI Jilid 2
    • Webinar TYI
    • ANNUAL POLICY DIALOGUE 2022
    • Others
  • Press Room
  • Books of SBY
  • SBY Corner: A Better World is Possible
Contact
TYI

Cerita dan Cita Indonesiaku

Jumat, 25 Juni 2021 / Published in Esai #SBYQuoteTYI Jilid 2

Cerita dan Cita Indonesiaku

Oleh: Alfina Fauziah

“Dalam transformasi menuju Indonesia 2045 diperlukan visi dan strategi besar, yang dijalankan oleh segenap komponen bangsa yang benar-benar bersatu dan mau bekerja keras, dibawah kepemimpinan putra-putri terbaik bangsa.” –SBY

Kesadaran akan berjuang untuk kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi atau golongan merupakan kewajiban bagi setiap warga negara. Perjuangan para pemimpin dan pahlawan bangsa Indonesia sudah sewajibnya diteruskan oleh para generasi muda. Tidak lagi berperang dengan menggunakan bambu runcing atau senjata, tetapi berperang melawan keterbelakangan dan ketertinggalan dalam segi ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebenarnya musuh bangsa saat ini bukanlah negara atau bangsa lain melainkan bangsa itu sendiri.

Miris dan sangat disayangkan banyaknya berita mengenai karakter dan moral para generasi muda yang mulai terkikis. Generasi muda yang menjadi penerus bangsa saat ini mulai terpengaruh dengan gaya hidup kebarat-baratan yang mana tidak sesuai dengan kebudayaan bangsa. Generasi milenial yang lebih mementingkan popularitas dengan cara instan melalui konten yang tidak mendidik daripada dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya agar dapat bersaing secara global.

Sering kita dengarkan berita tentang mirisnya karakter generasi muda saat ini, mulai dari karakter yang susah diatur, melenceng dari norma dan aturan agama maupun sosial, berbicara kasar dan tidak pantas, penyebaran hoax, saling menjatuhkan atau menghujat di media sosial, dan sebagainya.

Banyak sekali kasus yang menyangkut kritisnya moral dan karakter generasi bangsa. Perundungan/bullying, peleceham seksual, human trafficking, penyebaran hoax dan

kebencian di media sosial, dan masih banyak lagi. Dalam kasus seperti ini, banyak yang menyalahkan kecanggihan teknologi, tapi sebenarnya justru salah dalam menggunakan teknologi. Jika ditelusuri, akar masalah semua ini akibat kurangnya pendidikan karakter dan moral generasi muda Indonesia.

Pada kenyataannya, sekolah yang dijadikan tempat untuk belajar berbagai hal tidak menjamin baiknya karakter bangsa. Lingkungan keluarga, pergaulan, dan lingkungan sangat berpengaruh. Dan juga kesadaran dari diri sendiri akan sangat memengaruhi sifat dan karakter seseorang.

Munculnya geng atau komunitas tertentu juga dapat menyebabkan terpecahnya generasi muda. Setiap geng atau komunitas memiliki pola pikir dan pendapat yang berbeda-beda. Bahkan seperti yang kita ketahui, beberapa waktu lalu ada komunitas motor gede (moge) yang melawan aparat keamanan ketika ditertibkan. Lalu, bagaimana kabarnya jika sesama generasi muda? Tentu akan menimbulkan banyak pro dan kontra. Sangat disayangkan banyaknya generasi muda yang menjadi harapan bangsa justru dapat menimbulkan perpecahan untuk bangsa itu sendiri.

Namun, di sisi lain banyak juga generasi muda yang berprestasi. Sayangnya, mereka kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah dan tidak diekspose. Mirisnya lagi sesama generasi muda justru tidak saling mendukung atas keberhasilan yang lain. Sikap individualis dan acuh tak acuh semakin menjamur pada para kalangan muda.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta modernisasi yang ada harusnya dapat dimanfaatkan dengan maksimal untuk mempersatukan bangsa. Perkembangan tersebut sangat mempermudah dalam berkomunikasi tanpa batas. Kita dapat dengan mudah menjalin komunikasi dan menyebarkan informasi yang bermanfaat.

Teknologi selalu berkembang, tetapi, di negara kita masih sedikit yang memiliki kesadaran untuk menggunakan teknologi sebaik mungkin. Banyak teknologi yang disalahgunakan. Padahal, teknologi memiliki fungsi yang sangat bagus dan menunjang aktivitas bisnis maupun pembelajaran sehingga dapat mencerdaskan

kehidupan bangsa. Bangsa kita membutuhkan generasi yang dapat meneruskan perjuangan para pahlawan. Bukan lagi di medan perang tetapi di era globalisasi dengan mampu bersaing dengan berbagai negara di dunia. Sebagai generasi muda penerus bangsa sudah menjadi kewajiban kita untuk menyadari betapa pentingnya persatuan dan kesatuan untuk melanjutkan perjuangan bangsa dan memiliki karakter yang mencerminkan bangsa. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah maupun instansi dan pihak yang terlibat dalam menangani masalah kesatuan dan persatuan bangsa. Tetapi semua tidak ada artinya jika dari diri kita sendiri tidak ada kesadaran akan pentingnya hal tersebut. Lalu, tunggu apalagi? Ayo bangkit dan ciptakan kesatuan dan persatuan untuk kemajuan bangsa kita. Harapan bangsa ada di pundak kita, nasib bangsa ada di tangan kita, dan generasi emas adalah kita.

What you can read next

Konteks “Perlawanan” Terlihat Tidak Selaras Tetapi Dengan Balasan Bijak Terasa Keselarasannya, PANCASILA adalah Kuncinya.
Menuju Indonesia Emas Tahun 2045
SAATNYA MASYARAKAT DEMOKRAT BERGERAK DENGAN PARADIGMA EKONOMI HETERODOKS

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent Posts

  • Materi The Yudhoyono Institute Panel Discussion “Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan, dan Ekonomi Global”

    Saksikan Siaran Langsung: The Yudhoyono Institu...
  • Panel Discussion “Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan, dan Ekonomi Global”

    The Yudhoyono Institute Panel Discussion “Dinam...
  • AHY Optimis Indonesia Bisa Menjadi Negara Yang Maju

    Kupang, NTT: Di hadapan ratusan mahasiswa-mahas...
  • Ada Tren Kemunduran Demokrasi, AHY Ajak Indonesia-Australia Jaga Kualitas Demokrasi

    Australia: “Ada tren kemunduran demokrasi yang ...
  • World leaders and experts gathers on 31 October and 1 November in Berlin, capital to the current G7 Presidency, to seek solutions to the multiple crises.

    From left to right: First row: – Dalia Gr...

SIGN UP TO OUR NEWSLETTER

RESOURCES

  • Contact
  • Jobs at TYI
  • Media Resources
  • Follow

ABOUT

  • The Yudhoyono Institute at a Glance
  • Vision Mission
  • History
  • Location

© 2023 - The Yudhoyono Institute

TOP