SIGN IN YOUR ACCOUNT TO HAVE ACCESS TO DIFFERENT FEATURES

FORGOT YOUR PASSWORD?

FORGOT YOUR DETAILS?

AAH, WAIT, I REMEMBER NOW!

The Yudhoyono Institute

  • Language:
  • English
  • Bahasa
  • LOGIN
  • Home
  • About TYI
    • Vision Mission
    • Merchandise
    • Contact
    • Locations
    • Jobs at TYI
  • What We Do
    • Publications
      • Majalah Strategi
      • Analysis
    • Trainings
      • Leadership and Management Trainings
      • Business Leader Brief
    • Regular Forums
      • Roundtable Discussion
      • Dialogue with Grass Root
      • Annual Dialogue
      • Series of Lecture
  • Programs
  • Latest Event
    • TYI Goes to Campus
    • Dialog Rakyat
    • Roundtable Discussion
    • Diskusi Online
    • Esai #SBYQuoteTYI
    • Esai #SBYQuoteTYI Jilid 2
    • Webinar TYI
    • ANNUAL POLICY DIALOGUE 2022
    • Others
  • Press Room
  • Books of SBY
  • SBY Corner: A Better World is Possible
Contact
TYI

Konteks “Perlawanan” Terlihat Tidak Selaras Tetapi Dengan Balasan Bijak Terasa Keselarasannya, PANCASILA adalah Kuncinya.

Jumat, 25 Juni 2021 / Published in Esai #SBYQuoteTYI Jilid 2

Konteks “Perlawanan” Terlihat Tidak Selaras Tetapi Dengan Balasan Bijak Terasa Keselarasannya, PANCASILA adalah Kuncinya.

Oleh: Hari Prasetio

Tidak bisa kita pungkiri bahwa dalam kehidupan sehari-hari ada saja orang yang melakukan keburukan kepada orang lain. Bagaimana seharusnya sikap INDONESIAN, melawannya?. Perlawanan dimana pasti ada bentuk ketidaksesuaian atau ketidakcocokan. Beda halnya perlawanan dengan bijak.

Perspectively speaking, saya harus bijak untuk mengglorifikasi konteks “Perlawanan”. Bila bijak sebenarnya bisa memunculkan Persatuan dan Kesatuan. Sesuai dengan prinsip dan sikap bangsa Indonesia, persatuan dan kesatuan merupakan hal penting yang perlu dimiliki. Saya justru ingin mencoba untuk melawan berbagai narasi kontra atau perlawanan dengan mengambil hikmah dari sesuatu yang bad-things dengan good-things.

Berangkat dengan semangat dan niat ini, saya terinspirasi dari pernyataan Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang secara tegas dan terukur mengajak kita semua untuk bijak “DALAM MELAWAN KEMUNGKARAN, JANGANLAH DIGUNAKAN CARA- CARA YANG SAMA MUNGKARNYA”.

Jika kita renungkan bersama, quote tersebut sangat peace and harmony, walaupun pada kenyataannya sangat tidak relevan dengan kondisi yang sedang terjadi sekarang. Masyarakat Indonesia saat ini disibukkan dengan bertindak buruk dengan oranglain untuk saling menjelekkan, menjatuhkan, adu HOAX, dan hal buruk semacamnya. Hal itu dapat memunculkan perlawanan yang bisa saja terjadi war society di Indonesia. Indonesia adalah negara demokratis yang sekular, tingkat state actor yaitu pemerintah atau negara maupun non state actor yaitu individu atau kelompok masyarakat harus menjaga persatuan dan kesatuan.

Berangkat dari saya, terhadap ide besar untuk memperlakukan aspek demokratis yang sekuler secara selaras, berimbang dan beriringan. Kuncinya adalah dasar negara yang fundamental, Apa landasan fundamental yang tepat bagi kita untuk bijak dalam bertindak melawan kemungkaran? Sebagai generasi muda, bagaimana kita harus membangun persatuan dan kesatuan? Saya ingin menjadikan Pancasila sebagai tolak ukur perubahan cara berpikir, bahwa “ada yang harus dikorbankan dalam mencapai kebaikan” kita harus mengorbankan ego kita menjadi lebih humble and polite dalam bertindak bukan berarti merendah dan bisa direndahkan tetapi kita harus bijak dalam menyikapinya.

Pancasila is the best karena para Founding Fathers telah merancangnya dengan sempurna. Seperti butir Pancasila yang ketiga “Persatuan Indonesia” yang mempunyai arti yang sangat mendalam. Persatuan Indonesia dapat diartikan bersatunya bangsa dengan yang memiliki perbedaan agama, suku, bahasa, maupun adat istiadat yang mendiami wilayah Indonesia menjadi satu, utuh dan serasi. Itulah mengapa, penting memiliki sikap Persatuan Indonesia, antarwarga masyarakat demi keutuhan bangsa dan negara. Tanpa adanya rasa persatuan, bangsa akan terpecah belah. Prinsip Persatuan dan Kesatuan Indonesia berupa Bhinneka Tunggal Ika, Nasionalisme, Kebebasan yang bertanggungjawab, Wawasan nusantara, dan Semangat dan persatuan untuk mewujudkan cita-cita proklamasi.

Saya ingin flashback tentang permasalahan isu kudeta partai Demokrat. Dengan inisiatif tetap bersabar Pak SBY juga tetap melawan untuk mendapatkan keadilan dengan hal-hal bijak dan menjauhi kemungkaran. On a personal note, sikap itu termasuk sikap visioner seorang yang menjalankan Pancasila dengan prinsip kebebasan yang bertanggung jawab berarti setiap orang diberikan kebebasan untuk bertindak dan bersikap sesuai dengan kemauannya, tentunya tanpa menyalahi HAM sehingga orang yang melakukan kebebasan tersebut harus bisa bertanggung jawab dan tidak sampai merugikan orang lain. Jika sampai merugikan orang lain, maka harus berani menerima semua konsekuensi yang diperbuat.

Di  tengah  era  globalisasi  ini,  saya  juga  menaruh  atensi  pada  penggunaan   Pancasila sebagai salah satu metode decision-making process sebuah kebijakan. Saya percaya bahwa Pancasila dapat menawarkan langkah baru untuk memitigasi kerusakan sendi-sendi bangsa melalui media informasi yang dapat dijangkau oleh seluruh anak bangsa. Seluruh anak bangsa harus paham Pancasila sebagai dasar fundamental dan sebagai ideologi yang terbuka, yang terbuka dalam menyerap nilai-nilai baru yang dapat bermanfaat bagi keberlangsungan hidup anak bangsa. Kita patut bersyukur bahwa Pancasila telah diadopsi ke dalam kerangka acuan nilai bernegara dan berbangsa yang menjadi identitas bangsa Indonesia.

Sudah menjadi kewajiban kita sebagai generasi penerus bangsa untuk terus mengawal dan memastikan bahwa kepentingan Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia dapat terus berjalan secara beriringan serta berkelanjutan. Layaknya sebuah mitos, narasi terkait mengorbankan salah satu konteks perlawanan kemungkaran dibalas dengan tidak menggunakan cara yang sama mungkarnya. Keselarasan kebaikanlah yang memunculkan persatuan dan kesatuan pasti akan selalu ada dan berkembang di masyarakat. Layaknya sebuah keyakinan, ide dan kemauan untuk menyeimbangkan Persatuan dan Kesatuan Indonesia harus terus kita jaga sampai kapanpun. Jangan sampai terpecah belah.

Perjalanan untuk mencapai Persatuan Indonesia tidak mungkin dicapai kalau kita tidak bijak dalam menyikapi kemungkaran. Bijaklah! Mari kita kawal dan teruskan, bersama Persatuan dan Kesatuan Indonesia.

What you can read next

BONUS DEMOGRAFI SEBAGAI SARANA MENUJU INDONESIA EMAS 2045
Beban dan Harapan Momen 100 Tahun Indonesia Merdeka
Meningkatkan Pencapaian Sains dan Teknologi Tinggi Sebagai Visi & Strategi Besar Untuk Transformasi Bangsa Indonesia Menyongsong Indonesia 2045

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Recent Posts

  • Materi The Yudhoyono Institute Panel Discussion “Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan, dan Ekonomi Global”

    Saksikan Siaran Langsung: The Yudhoyono Institu...
  • Panel Discussion “Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan, dan Ekonomi Global”

    The Yudhoyono Institute Panel Discussion “Dinam...
  • AHY Optimis Indonesia Bisa Menjadi Negara Yang Maju

    Kupang, NTT: Di hadapan ratusan mahasiswa-mahas...
  • Ada Tren Kemunduran Demokrasi, AHY Ajak Indonesia-Australia Jaga Kualitas Demokrasi

    Australia: “Ada tren kemunduran demokrasi yang ...
  • World leaders and experts gathers on 31 October and 1 November in Berlin, capital to the current G7 Presidency, to seek solutions to the multiple crises.

    From left to right: First row: – Dalia Gr...

SIGN UP TO OUR NEWSLETTER

RESOURCES

  • Contact
  • Jobs at TYI
  • Media Resources
  • Follow

ABOUT

  • The Yudhoyono Institute at a Glance
  • Vision Mission
  • History
  • Location

© 2023 - The Yudhoyono Institute

TOP