Oleh: Ian Karunia Krishnanda Setiadji
Kita semua tentunya sepakat bahwa pandemi Covid-19 telah merubah banyak hal di setiap lini kehidupan manusia. Dari sekian perubahan yang terjadi dan bisa dirasakan, saya percaya hampir semua akan berfokus pada perubahan yang terjadi di sektor ekonomi. Bagaimana tidak? sektor ekonomi merupakan hal yang paling fundamental dan mendasar baik di tingkat state actor yaitu pemerintah atau negara maupun non state actor yaitu individu atau kelompok masyarakat.
Perspectively speaking, saya mencoba untuk tidak mengglorifikasi dampak dari pandemi ini karena saya yakin kita semua sudah cukup jenuh dengan berbagai pemberitaan mengenai resesi ekonomi, PHK massal, dan ketimpangan sosial yang semakin meningkat. Sebaliknya, saya justru ingin mencoba untuk melawan berbagai narasi kontra-produktif dengan mengambil hikmah dari sesuatu yang inevitable.
Berangkat dengan semangat dan niat ini, saya terinspirasi dari pernyataan Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang secara tegas dan terukur mengajak kita semua untuk mematahkan “mitos terkait pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan yang dinilai tidak mungkin dicapai secara bersamaan”.
Saya tidak bisa menemukan kata lain selain fully and genuinely agree terhadap ide besar untuk memperlakukan aspek ekonomi dan lingkungan secara berimbang dan beriringan. Hal ini sangat penting untuk menjadi dasar berpikir sebelum menerjemahkannya dalam berbagai produk kebijakan baik di tingkat daerah maupun nasional.
Kata kuncinya adalah momentum, kapan lagi kita mendapatkan momentum yang tepat untuk sadar dan mengakui bahwa aspek lingkungan tidak kalah signifikan dengan aspek ekonomi selain di tengah pandemi seperti saat ini? Terlebih sebagai generasi muda, kapan lagi kita harus menunggu untuk memutus rantai gagasan usang bahwa ekonomi lebih utama dari lingkungan? Saya ingin menjadikan pandemi ini sebagai momentum perubahan cara berpikir, bahwa “tidak ada yang harus dikorbankan dalam mencapai pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan secara bersamaan”.
Hal yang patut disyukuri adalah kita tidak harus memulai dari nol untuk mencapai tujuan tersebut. Saya ingin sedikit flashback pada berbagai upaya yang telah coba dilakukan Pak SBY saat masih menjadi nahkoda kapal negara kita melalui sebuah inisiatif kebijakan bernama Gerakan Nasional Penanaman 1 Miliar Pohon. Kala itu, sejumlah pihak meragukan efektivitas dan dampak dari gerakan ini bagi kelestarian lingkungan Indonesia secara keseluruhan. Namun yang mungkin tidak disadari saat itu adalah mengenai gagasan besar yang menjiwai gerakan ini, yaitu bagaimana pemerintah tidak hanya mencoba membangun awareness terkait pentingnya menjaga kelestarian lingkungan namun juga bagaimana masyarakat dilibatkan secara langsung dalam menjaga kelestarian lingkungan itu sendiri.
On a personal note, kebijakan ini menurut saya adalah sebuah hal yang visioner karena dalam mencapai tujuan kelestarian lingkungan memang diperlukan upaya secara kolektif dari semua pihak dan harus dilakukan secara berkelanjutan. Kebijakan gerakan menanam pohon ini juga dapat menyadarkan berbagai pihak di level perusahaan atau korporasi terkait pentingnya menjaga keseimbangan antara aktivitas produksi ekonomi dan kelestarian lingkungan. Belum lagi di level akar rumput, dimana masyarakat menjadi sadar akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan menjaga keseimbangan alam karena jika hal tersebut tidak diindahkan maka dapat menyebabkan berbagai bencana alam yang pada akhirnya juga berdampak pada aspek ekonomi mereka.
Di era pemerintahan sekarang, saya juga menaruh atensi pada penggunaan konsep ekonomi sirkular sebagai salah satu metode decision-making process sebuah kebijakan. Saya percaya bahwa konsep ekonomi sirkular dapat menawarkan cara-cara baru untuk memitigasi berbagai risiko yang timbul dari tingginya kerusakan dan pencemaran alam sehingga memungkinkan ekonomi tumbuh dan berdiversifikasi. Kita patut bersyukur bahwa konsep ini telah diadopsi ke dalam Visi Indonesia 2045 dan telah diintegrasikan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 – 2024.
Sudah menjadi kewajiban kita sebagai generasi penerus bangsa untuk terus mengawal dan memastikan bahwa kepentingan ekonomi dan kelestarian lingkungan dapat terus berjalan secara beriringan serta berkelanjutan. Layaknya sebuah mitos, narasi terkait mengorbankan salah satu aspek baik ekonomi atau lingkungan pasti akan selalu ada dan berkembang di masyarakat. Layaknya sebuah keyakinan, ide dan kemauan untuk menyeimbangkan ekonomi dan lingkungan harus terus kita jaga sampai kapanpun.
Perjalanan untuk mematahkan mitos bahwa pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan tidak mungkin dicapai secara bersamaan telah dimulai. Mari kita kawal dan teruskan, bersama.