Oleh: Hasbi Dicky Baihaqi
“Dasar Beban!” Sebuah ucapan yang dinilai tidak berlebihan untuk menggambarkan orang yang terlindas oleh perkembangan zaman.
Dewasa ini perkembangan zaman selalu menjadi topik yang tidak ada habisnya untuk menjadi bahan diskusi. Seiring hal tersebut seseorang harus memiliki kemampuan agar dapat meraih apa yang dicita-citakan. Sebuah kutipan yang berasal dari Susilo Bambang Yudhoyono yaitu: “Yang survive, grow, and win adalah mereka yang tahu dunianya tengah & telah berubah, kemudian ikut melakukan perubahan. Yang menjadi the winners adalah mereka yang adaptif, inovatif, & open minded”. Kutipan tersebut merupakan satu-kesatuan dimana kalimat kedua menjadi penjelas dari kalimat pertama. Kata “Survive“ diimplementasikan menjadi adaptif, kata “grow“ diimplementasikan menjadi inovatif, sedangkan “win” diimplementasikan dengan “open minded”.
Seorang penulis bernama Daniel Goleman mengungkapkan dalam bukunya bahwa 20% kesuksesan seseorang berasal dari Intelligence Quotient (IQ) yang juga disebut sebagai kecerdasan intelektual sedangkan sekitar 80% kesuksesan seseorang berada pada Emotional Quotient (EQ) atau yang dikenal dengan kecerdasan emosional. Saat ini berbagai institusi masih menjadikan IQ sebagai penilaian objektif dikarenakan belum adanya parameter yang baku untuk mengukur tingkat kecerdasan emosional seseorang, namun kecerdasan emosional tetap menjadi salah satu penentu dalam kesuksesan, kinerja, dan perilaku adaptif seseorang. Seseorang yang memiliki kecerdasan intelektual namun tidak diimbangi dengan kecerdasan emosional bisa menjadikan orang tersebut egois dan memaksakan kehendak.
Tantangan kehidupan akan senantiasa berbeda di setiap tahunnya, artinya kerja sama dalam sebuah tim dengan multidisiplin ilmu sangat dibutuhkan. Kemampuan beradaptasi yang diperlukan ialah berinteraksi, sosialisasi, peka teknologi sehingga mengetahui apa yang dibutuhkan, mengamati permasalahan dan solusinya.
Kata kedua berupa grow yang dituangkan dalam bentuk inovatif menjadi kemampuan yang sebaiknya dimiliki setiap orang. Skill yang paling dibutuhkan di dunia kerja pada tahun 2025 berdasarkan World Economic Forum ialah berpikir analitis dan inovatif. Segala bentuk inovasi menjadi terobosan yang diminati banyak orang sehingga akan memunculkan peluang yang menguntungkan.
Tiga dari tujuh aspek pada manusia dalam mendukung inovasi yang pertama yaitu kreativitas dimana mampu menghasilkan gagasan-gagasan yang baru. Kedua adalah modal intelektual berupa pengetahuan dari suatu hal. Ketiga adalah modal emosional yang mampu menghadirkan keadaan kondusif bagi diri sendiri dan orang lain sehingga kreativitas yang telah dibangun berdasarkan pengetahuan dapat diolah dengan baik.
Terakhir mengenai win & open minded, Carol S Dweck menyebutkan bahwa mindset adalah pola pikir untuk menilai dunia dengan kriteria sikap, nilai, catatan, keyakinan dasar, dan cara mempersepsikan diri. Sehingga menurutnya mindset terbagi menjadi 2 yaitu fixed mindset dan growth mindset. Secara sederhana fixed mindset ialah pola pikir seseorang yang terbelenggu oleh keterbatasan pikirannya sedangkan growth mindset atau open minded ialah pola pikir yang terbuka tidak hanya menilai dari satu sudut pandang.
Salah satu ciri yang membedakan fixed mindset dengan growth mindset ialah dari segi menerima kritik. Inovasi yang sudah dibuat tentunya menuai kritik agar inovasi tersebut lebih bermanfaat dan menguntungkan. Orang yang menerapkan growth mindset akan menerima kritik yang mengantarkannya pada jalur kemenangan.
Sebuah contoh nyata penerapan adaptif, inovatif, dan open minded dari Benny Santoso yang merupakan owner “Ini Tempe” (Innovate New Idea with Tempe) berhasil melakukan inovasi olahan tempe yang beromzet 100 juta per bulan.
Dengan demikian sifat adaptif, Inovatif, serta open minded menjadi segitiga siklus yang terus berputar yang mengantarkan seseorang menjadi pemenang dan melakukan perubahan di zaman sekarang.