Oleh: Andhini Citra Pertiwi
Presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan bahwa yang survive, grow and win adalah mereka yang tahu dunianya tengah dan telah berubah kemudian ikut melakukan perubahan. Yang menjadi “the winners” adalah mereka yang adaptif, inovatif dan “open minded”. The winners inilah yang kemudian diharapkan membawa Indonesia ke masa emas nya ditahun 2045. Hal ini perlu disongsong dengan menciptakan peradaban bangsa yang semakin unggul dan maju, dimana didalam dirinya terkandung potensi dan kekuatan untuk menjadi negara maju. Essay ini akan fokus pada poin tersebut dengan menjadikan generasi muda Indonesia, yang diprediksi akan menjadi pemimpin di tahun 2045, sebagai subjek analisa. Tulisan ini akan mengelaborasi peluang dan tantangan yang saat ini dihadapi serta strategi yang diperlukan untuk menjadi the winners di tahun 2045. Essay ini menggunakan perspektif national power, human security dan critical theory dalam menelaah permasalahan dan menemukan jawabannya.
Peluang Generasi Muda Indonesia
Generasi muda menurut Suzanne Naafs dan Ben White adalah manusia / warganegara dalam rentang usia antara 18 sampai 40 tahun. Pemuda yang berusia 18 tahun di tahun 2021 akan berusia 42 tahun di tahun 2045, usia ideal untuk menempati posisi kepemimpinan bangsa di masa keemasan Indonesia. Sehingga dapat dikatakan bahwa visi Indonesia Unggul 2045 dapat terwujud ketika generasi muda Indonesia ditempa serta menempa dirinya sebagai the winners. Hans J Morgenthau merumuskan elemen yang menjadi penentu national power yaitu geografi, sumber daya alam, kapasitas industri, kesiapan militer, populasi, karakter nasional, moral nasional, kualitas diplomasi dan kualitas pemerintahan. Secara populasi, menurut Bappenas pada 2030- 2040 Indonesia di prediksi mengalami masa bonus demografi. Artinya jumlah penduduk dalam usia produktif (15-64 tahun) akan lebih banyak dibanding penduduk dalam usia tidak produktif. Jumlahnya akan mencapai 64% dari keseluruhan penduduk Indonesia yakni sebesar 297 juta jiwa. Jika bonus demografi tersebut terdiri dari sumber daya manusia yang memiliki karakter the winner serta memahami karakter dan moral nasional maka akan mampu meningkatkan elemen national power lainnya.
Tantangan Generasi Muda Indonesia
Tantangan bagi terwujudnya karakter the winner pada generasi muda Indonesia adalah bagaimana menjaga human security di Indonesia sehingga memiliki peluang untuk mengemansipasi dirinya secara maksimal. Menurut Laporan UNDP tahun 1994 human security bertumpu pada prinsip freedom from fear, freedom from want, freedom of speech and expression, freedom of worship dan freedom to live in dignity. Untuk mewujudkannya ada tujuh elemen utama human security yang perlu dibangun yaitu keamanan ekonomi, pangan, kesehatan, lingkungan, personal, komunitas dan politik.
Ada beberapa ancaman utama bagi human security generasi muda di Indonesia. Ancaman pertama adalah pengangguran dan pendidikan rendah angkatan kerja Indonesia. Menurut data BPS pada Februari 2021, angka pengangguran di Indonesia mencapai 6,26%. Dari jumlah ini hanya sekitar 12,92% dari total penduduk yang bekerja menempuh pendidikan tinggi. Lebih jauh menurut Direktur Eksekutif Core Indonesia, tingkat pengangguran usia muda Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN yaitu 20% pada 2020 sedangkan di Singapura dan Malaysia yang hanya dibawah 15%.
Ancaman kedua adalah penyalahgunaan narkotika, miras, gangster serta kriminalitas terkait. Sejak tahun 2014, Presiden Jokowi telah menegaskan bahwa Indonesia berada pada level darurat narkotika. Menurut Wapres Ma’ruf Amin, pada 2019 angka penyalahgunaan narkotika dalam rentang usai 10-59 tahun di Indonesia mencapai mencapai 3,6 juta jiwa. Kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap ancaman ini adalah usia 15-35 tahun.7 Lebih jauh ancaman ini memiliki efek domino dengan naiknya trend gangster, tawuran, kriminalitas, gangguan kamtibmas dan rusaknya jati diri bangsa.
Ancaman ketiga adalah kerusakan lingkungan hidup, bencana alam, wabah dan perubahan iklim. Contohnya pada masa pandemi COVID-19, generasi muda diharapkan dapat beradaptasi dengan memaksimalkan platform teknologi informasi dan komunikasi. Ancaman keempat adalah terorisme. Menurut Kepala BNPT pada 2020, generasi muda Indonesia menjadi sasaran perekrutan teroris khususnya melalui media sosial.
Strategi Generasi Muda Indonesia untuk menjadi The Winners
Terinpirasi dari asumsi critical theory bahwa pemahaman terhadap dunia berasal dari ide, konsep dan teori yang lahir dari sebuah refleksi dan pemikiran yang kritis. Pengetahuan adalah power yang dapat mengemansipasi manusia sehingga mampu menciptakan perubahan kearah yang lebih baik. Sehingga untuk memanfaatkan peluang dan mengatasi tantangan maka generasi muda Indonesia harus menjadi critical thinker. Hal ini dapat diwujudkan melalui pendidikan, dialog publik, masyarakat madani serta penegakan hukum & HAM yang baik. Generasi Critical Thinker ini akan mampu menjadi the winner yang mampu menjadikan Indonesia Unggul di tahun 2045.