Oleh: Syahrial Yusuf
Corona Virus Diseases – 19 (Covid-19) merupakan penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh infeksi virus korona baru. Pemerintah Indonesia bersama lembaga kesehatan nasional telah bekerjasama menangani kasus ini melalui vaksinasi gotong royong secara merata dengan target 60% seluruh penduduk di Indonesia, tujuannya adalah terjadi kekebalan kelompok. Menurut Satuan Tugas Covid-19 (2021) menjelaskan bahwa vaksinasi diberlakukan untuk menciptakan imun baru bagi tubuh, tetapi perlu waktu berbulan – bulan lamanya agar proses vaksinasi terlaksana dengan baik.
Infeksi covid-19 telah memaksa Indonesia untuk bertahan diberbagai sektor, termasuk sektor pangan didalamnya. Beragam tantangan secara nyata saat dimulainya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berakibat pada pegurangan jam operasional tempat makan menjadi momok besar yang harus dihadapi. Petani dan peternak rugi akibat kelebihan stok produksi tetapi kurangnya distribusi makanan ke konsumen, sedangkan makanan adalah kebutuhan yang menempati posisi kedua setelah pengobatan selama pandemi covid-19 (Chitrakar et al., 2021). Permasalahannya adalah rantai pasokan makanan menghadapi tantangan untuk menjamin perkembangan kondisi makanan yang didistribusikan (Barman et al., 2021). Oleh karena itu, Indonesia memerlukan intervensi teknologi agar ketahanan makanan tetap terjaga.
Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa yang “survive, grow and win” adalah mereka yang tahu dunianya tengah dan telah berubah, kemudian ikut melakukan perubahan. Yang menjadi “the winner” adalah mereka yang adaptif, inovatif dan “open minded”. Sebagaimana dunia telah berubah akibat pandemi, Indonesia memenangkan tantangan ini dengan keterbukaan terhadap teknologi untuk ketahanan makanan nasional dengan mendukung rantai pasokan makanan yang kokoh.
Food Processing Technology Innovations (FOPTI) adalah serangkaian pengembangan teknologi dalam mendukung ketahanan selama proses distribusi pangan, terutama makanan segar yang dihasilkan langsung oleh pertanian dan peternakan di berbagai daerah. Penelitian terkait Food Processing Technology Innovations telah dilakukan oleh Chitrakar et al., (2021) dengan judul Improvement strategies of food supply chain through novel food processing technologies during COVID-19 pandemic. Penelitian ini dilakukan untuk menanggulangi kekhawatiran terkait ketahanan makanan di selama pandemi. Food Processing Technology Innovations (FOPTI) dapat disusun atas lima adopsi Teknologi Pintar, diantaranya Smart Packaging Technology Smart Freezing and Thawing with Heat Inactivation Technology, Smart Monitoring Technology, dan Smart Detection System.
Smart Packaging Technology merupakan pengemasan suasana yang dimodifikasi (MAP) banyak digunakan untuk meningkatkan umur penyimpanan makanan segar. Teknologi MAP terdiri dari memodifikasi komposisi gas di dalam paket untuk memperpanjang umur simpan melalui aktivitas metabolik, mikroba, dan enzimatik yang terbatas (Chitrakar et al., 2021).
Smart Freezing and Thawing with Heat Inactivation Technology merupakan proses pembekuan dan pencairan untuk mempertahankan sifat segar dari makanan yang diproduksi dan dilakukan dengan menggunakan ultrasound, tekanan ultra-tinggi, medan listrik berdenyut, suhu ultra-rendah, medan elektrostatis tegangan tinggi, dan frekuensi radio. Tujuannya adalah meredam pertumbuhan mikroba, virus dan juga bakteri yang dapat menginfeksi makanan (Han et al., 2021).
Smart Monitoring Technology adalah pemantauan keterjagaan makanan dengan baik agar tetap segar yang didasari pada faktor lingkungan termasuk suhu, kelembaban relatif, komposisi etilen, dan gas dalam kemasan diperlukan. Pemantauan suhu sangat penting karena penurunan kualitas sangat bergantung pada paparan suhu, waktu penyimpanan, konstanta gas, dan energi aktivasi.
Smart Detection System adalah proses pemeriksaan kualitas di seluruh pengolahan makanan untuk menghindari penyimpangan dan untuk mengambil tindakan korektif terhadap penyimpangan telah dilakukan dengan indera manusia dan teknologi pintar yang canggih dengan simulasi terhadap kondisi indra manusia, diantaranya E-nose, E-Tongue, Deteksi kelembaban pintar, dan Artificial Intelligence (AI).
Tantangan menggunakan FOPTI yang harus dihadapi adalah selama pandemi seperti COVID-19, permintaan inovasi teknologi lebih tinggi dari sebelumnya. Tantangan utama termasuk tantangan ekonomi dan kelayakan seperti kurangnya infrastruktur, pengetahuan teknis, dan kemampuan adaptasi. Sehingga memaksa kesiapan teknologi untuk menggunakan teknologi pintar ini, yang menghindari kontak manusia-ke-manusia dan manusia-ke-makanan selama pemrosesan makanan. Oleh karena itu, intervensi teknologi untuk menjamin terhindar dari kontak manusia selama pengolahan makanan, pengemasan, penyimpanan, dan transportasi adalah inovasi yang paling dicari pada saat krisis ini.
Berlakunya PSBB menimbulkan guncangan rantai pasok makanan nasional sehingga Indonesia harus terbuka terhadap kemajuan teknologi. Food Processing Technology Innovation merupakan solusi menjaga perkembangan makanan selama proses distribusi ke konsumen. Oleh karena itu, keberadaan intervensi teknologi ini merupakan inovasi yang dicari saat krisis seperti ini. Harapannya adalah menjaga ketahanan pangan menjadi bagian dalam mendukung kondisi kesehatan dan ekonomi nasional secara simultan. Sehubungan dengan hal itu, maka Indonesia dapat menciptakan sumber daya manusia yang kuat dan siap untuk bersaing dengan negara lain.