Oleh : Andina Firmandari Imani, S.Keb., Bd.
(Bidan dan Pemerhati Kesehatan Ibu dan Anak)
Peningkatan Kesehatan, Pengentasan Kemiskinan
“Dunia terasa tidak sedap jika ada sekitar 80 juta manusia (1% penduduk dunia) yang sangat kaya, bahkan kaya raya, sementara masih ada 800 juta penghuni dunia yang untuk makan pun susah,” kalimat mutiara dari Presiden ke-6 Republik Indonesia, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kemiskinan merupakan masalah yang ditandai antara lain kualitas hidup penduduk rendah, mutu pangan yang kurang, kualitas layanan kesehatan dan gizi anak terbatas, dan layanan pendidikan rendah. Seorang individu atau kelompok yang mengalami kemiskinan sebagian besar akan mengalami masalah pada kesehatan. Pada era kepemimpinan presiden SBY berbagai kebijakan telah dilakukan demi mengatasi kemiskinan salah satunya yaitu pengentasan kemiskinan dan perbaikan gizi.
Rodrigo A. Chavez, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia yang dikutip dari merdeka.com/24/09/2014, menyatakan bahwa pada 1999, tingkat kemiskinan mencapai 24 persen populasi penduduk. Data terakhir pada triwulan I 2014 tinggal menyisakan 11,3 persen. Presiden dan wakil presiden pada masa pemerintahan tahun 2009-2014 ini dinilai paling berhasil dalam masalah pengentasan kemiskinan. Selain itu, Food and Agriculture Organization (FAO) juga memberikan penghargaan karena dianggap berhasil menjalankan program Millenium Development Goals (MDGs). Sebagaimana dijelaskan dalam kotaku.po.go.id/21/09/2012, bahwa di dalam MDGs terdapat target menanggulangi kemiskinan dan kelaparan yang harus dicapai pada tahun 2015, silam.
Kemiskinan erat kaitannya dengan kesehatan. Masyarakat miskin cenderung tidak mampu memenuhi kebutuhan gizinya, tidak mampu membayar biaya perawatan saat sakit, memiliki pengetahuan tentang kesehatan yang terbatas, dan kualitas hidup rendah. Kemiskinan dan kesehatan memiliki relasi yang kuat. SBY memfokuskan pengentasan kemiskinan pada pembangunan sektor lapangan pekerjaan dan sektor kesehatan. Penguatan pada dua bidang tersebut telah berhasil dilaksanakan hingga kemiskinan di Indonesia dapat turun menjadi 11,3 persen di akhir pemerintahannya.
Perbaikan Gizi, Peningkatan Mutu Generasi
Masyarakat dengan tingkat ekonomi yang rendah tidak dapat memenuhi kebutuhan gizinya meskipun tidak semua bahan makanan sehat harganya mahal. Masalah yang akan sering muncul adalah gizi buruk. Sebagaimana ditulis dalam sehatnegeriku.kemenkes.go.id/18/01/2019, bahwa perbaikan gizi merupakan agenda prioritas pembangunan kesehatan. Perbaikan gizi difokuskan pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK), yaitu mulai dari masa kehamilan sampai dengan anak berusia 2 tahun. Apabila dalam 1000 HPK tidak tercukupi kebutuhan gizinya akan mengalami masalah stunting.
Saadah (2020:2) dalam bukunya yang berjudul Modul Deteksi Dini Pencegahan dan Penanganan Stunting menjelaskan bahwa stunting adalah kondisi saat badan seseorang lebih pendek dibanding tinggi badan orang lain pada umumnya (yang seusia). Sebagaimana dilaporkan dalam bappenas.go.id 31/12/2013 lewat pemerintahan yang dipimpin oleh SBY, percepatan perbaikan gizi dilakukan dengan keikutsertaan Menteri Kesehatan dalam Scaling Up Nutrition (SUN) Movement sejak Desember 2011. Gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan penanganan masalah gizi dengan fokus pada 1000 HPK dan mencapai target MDGs (Goal 1). Presiden asal Pacitan ini telah mengeluarkan kebijakan yang diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) No. 42 tahun 2013 sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah dalam peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya peningkatan status gizi dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang sehat, cerdas dan produktif.
Upaya penurunan stunting mengalami tantangan berat terutama di era pandemi. Peningkatan jumlah pengangguran dan angka kemiskinan dapat mempengaruhi pemenuhan gizi pada ibu hamil, bayi dan anak-anak, sehingga dikhawatirkan meningkatkan angka stunting. Perbaikan gizi masih perlu dioptimalkan dimulai dari keluarga hingga masyarakat dalam pemenuhan gizi seimbang. Pemenuhan gizi seimbang dimulai dari sejak bayi dalam kandungan hingga berusia 2 tahun.
Pemenuhan kebutuhan nutrisi dimulai saat hamil akan melahirkan bayi yang sehat. Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) harus didukung oleh petugas kesehatan dalam rangka keberhasilan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Sejak bayi lahir pemberian ASI harus diberikan secara eksklusif dan menghindari pemberian MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) secara dini. Pemberian MP-ASI dimulai sejak bayi berusia 6 bulan, harus diperhatikan kuantitas, kualitas, dan keamanan pangan yang diberikan. Peran tenaga kesehatan, keluarga, dan masyarakat dalam mendukung pemenuhan gizi seimbang akan turut membantu perbaikan gizi dan mencegah stunting.