Oleh: Apri Supriyanto
(Guru Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan, SMP Al Irsyad Al Islamiyyah Purwokerto)
Indonesia adalah tempat kita berdiam diri dan melakukan pekerjaan besar yang membangun demi kemajuan negara Indonesia. Tentu apapun profesinya, semoga bisa kita abdikan untuk Indonesia. Sebagaimana bapak SBY menyampaikan sebuah gagasan besar berkaitan dengan Indonesia tahun 2045 yaitu, “Dalam transformasi menuju Indonesia 2045 diperlukan visi dan strategi besar yang dijalankan oleh segenap komponen bangsa yang benar-benar bersatu dan mau bekerja keras di bawah kepemimpinan putra-putri terbaik bangsa.” Tentunya apa yang disampaikan bapak SBY ini patut kita renungkan. Beliau sosok presiden ke 6 RI, sosok yang menjadikan demokrasi ini menuju ke arah lebih baik, dan pertumbuhan ekonomi yang gemilang, masih banyak yang lainnya. Namun penulis merasakan betul di bawah kepemimpinan beliau negara Indonesia berada dalam haluan negara yang sangat keberpihakan terhadap rakyat Indonesia.
Penulis, sebagai guru memandang apa yang menjadi pemikiran bapak SBY ini untuk masa depan Indonesia yang lebih maju, bisa tergapai dengan visi dan strategi, bersatu, kerja keras, kepemimpinan. Semua itu akan bisa dirasakan di berbagai bidang baik ekonomi, demokrasi, politik, sosial, pendidikan, pertahanan dan keamanan dan bidang hubungan internasional
Visi dan strategi
Menuju Indonesia 2045 tentu tidak bisa sekedar melewati tanpa sebuah gagasan. Penulis memandang ada 3 (tiga) strategi yang harus disiapkan yaitu:
Pertama, menyiapkan anak muda. Muda adalah kekuatan memang benar, kekuatan untuk di kontribusikan terhadap bangsa dan negara. Dalam hal ini pendidikan harus dimatangkan sebaik mungkin, tanamkan karakter optimis, jujur dan tangguh wajib dimiliki oleh anak muda. Dan juga anak muda tidak anti terhadap politik, mampu memberi aspirasi terhadap kekuasaan dengan baik. Sehingga ini akan memunculkan demokrasi yang sehat dan berkeadilan, ruang aspirasi berjalan lancar tanpa menimbulkan gesekan sosial.
Kedua Peningkatan keamanan dan pertahanan. Sehingga negara tidak mengalami kegaduhan, akibat kepercayaan yang menurun terhadap penegakan hukum, penegakan hukum yang transparan dan berkeadilan. Dan pertahanan juga ini menjadi syarat mutlak kokohnya wibawa kedaulatan negara. Tidak ada tawar menawar. Negara harus selalu waspada, dan terus meningkatkan sistem pertahanan yang modern dan berkesinambungan.
Ketiga, Kebijakan negara berpihak terhadap rakyat, melakukan kebijakan yang berpihak terhadap rakyat bukan kepentingan yang hanya mementingkan oligarki, golongan atau balas budi. Mendengar suara rakyat. Tujuannya untuk kepentingan bangsa dan negara.
Bersatu dan Bekerja Keras
Indonesia maju tentu bukan sebuah kemustahilan. Indonesia mempunyai Pancasila yang dapat menyatukan 17 ribu pulau lebih, 1.360 suku bangsa, 762 bahasa dan beragam agama dan kepercayaan masyarakat. Ini semua bisa digapai dengan bersatu dan kerja keras. Sebagaimana masa lalu ada peristiwa kebangkitan nasional dan sumpah pemuda. Terlahirnya berbagai ide besar, salah satunya lahir sumpah pemuda. Maka, harus terus kita teladani dan amalkan bersama. Misalnya, saat sedang berkuasa maka merangkul dan berdiskusi dengan yang sesama koalisi itu biasa tapi bisa mendengar aspirasi dan bekerja sama dengan baik dengan berbagai pihak yang di luar pemerintahan itu luar biasa. Mari bersatu dan bekerja keras untuk mewujudkan amanah konstitusi yaitu menjadi Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Kepemimpinan
Negara maju tidak terlepas dari kapasitas seorang pemimpin. Dan tentu sebagai seorang pemimpin menurut penulis harus memenuhi 3 hal. Pertama pemimpin pemersatu, saat menjadi pemimpin baik tingkat atas maupun ke bawah maka otak, hati dan tindakannya untuk rakyat. Tidak boleh kepentingan dan keuntungan yang didapatkan untuk pribadi atau golongan tertentu. Harus berdiri di atas suku, agama, golongan, dan mengutamakan kepentingan bangsa. Tetap mengupayakan terjaganya stabilitas politik dan penegakan hukum berjalan dengan baik sehingga tidak menimbulkan gejolak dimasyarakat. Kedua pemimpin visioner, memimpin dengan melampau zamannya. Menciptakan kebijakan yang tidak hanya untuk 5 tahun tapi bisa dipakai
untuk jangka panjang. Bahkan bisa dikatakan menciptakan peradaban. Pemimpin yang bukan sekedar wacana tapi juga kerjanya menjadi nyata. Bukan sekedar mudah obral janji tapi memberi bukti. Apalagi di tengah krisis, yang saat ini terjadi adanya pandemik. Seorang pemimpin tidak hanya sekedar menyalahkan bawahan saja tapi harus mempunyai kebijakan terobosan yang bisa melalui krisis. Ketiga pemimpin yang mendunia. Tidak ada yang salah jika seorang pemimpin di Indonesia juga mempunyai pengaruh untuk dunia. Tentu sangat menguntungkan. Dengan adanya pemimpin yang disegani, dihormati bukan sekedar pemimpin tersebut punya jabatan tapi karena kecerdasan pemikiran yang sensitif terhadap isu dunia. Sehingga ini akan menstabilkan iklim dunia, investasi yang sangat baik untuk kita, serta bisa mengambil peran lebih dalam manjaga keamanan dan perdamaian dunia.