Sorong, Papua Barat: Pagi yang cerah berawan menyambut kedatangan Direktur Eksekutif
The Yudhoyono Institute (TYI) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di Pasar Ikan Jembatan
Puri, Sorong, Papua Barat, Kamis (24/1) pagi waktu setempat.
“Pak Agus, Pak Agus … kemari lihat ikan kami, lihat ikan kami Pak,” teriak para nelayan saling
bersahutan. Mereka ingin ikannya dilihat dan dibeli oleh AHY. “Iya Pak, Buk, nanti saya lihat
ikan-ikannya ya,” jawab AHY membalas satu persatu salam dari para nelayan yang sangat
antusias.
Pasar ikan Jembatan Puri memang menjadi pusat jual beli ikan di Sorong. Pasar yang ramai
dari pukul tujuh pagi itu menjual berbagai macam ikan segar hasil tangkapan para nelayan.
AHY pun tak menyia-nyiakan waktunya. Di sana ia bertemu dengan Ichong, koordinator
nelayan Papua Barat dan berbincang tentang kondisi pasar ikan dan nelayan. “Apa kabar Pak?
Saya sedang di Sorong, begitu tau di sekitar penginapan ada pasar ikan, saya ingin sekali
menyapa masyarakat, penjual, pembeli, yang kebetulan ada setiap hari ya Pak? Boleh
diceritakan gimana Pak?” tanya AHY.
AHY langsung dipersilahkan duduk di atas ember berwarna putih yang biasa dipakai para
nelayan untuk membawa ikan. Kepada AHY, Ichong menjelaskan kendala perizinan suratsurat
kapal yang menyulitkan mereka, persaingan dengan nelayan dari negara tetangga, juga
keamanan setempat yang membantu pekerjaan mereka.
Dengan seksama AHY mendengarkan keluhan nelayan. “Saya datang memang ingin
mendengar dan bersilaturahmi dengan para nelayan, juga pak Ichong sendiri. Terima kasih
sudah curhat tadi dan menyampaikan keluh kesahnya, permasalahan hari ini apa, dan sangat
dimengerti. Saya bisa langsung paham kalau izinnya sulit karena masalah administrasinya
saja,” AHY menanggapi. “Pak, tentunya kita sama-sama memikirkan supaya bisa dipercepat
dan diperlancar lagi. Kita cari solusinya barsama-sama ya Pak,” lanjutnya.
“Terima kasih ya Bapak, Ibu semuanya. Saya ingin mendengar langsung, karena ingin tahu.
Saya memang sengaja melakukan kunjungan ke wilayah Timur Indonesia di awal tahun, karena
matahari pun terbit dari Timur, jadi saya harus terlebih dahulu di awal tahun ini datang ke tanah
Papua. Bagi saya nelayan itu pahlawan, tanpa nelayan kita susah semua. Dan kalau sudah tahu
begitu, ya harusnya diperhatikan para nelayan, karena sumber pertama kali kita bisa
mempertahankan kehidupan, tentunya dari asupan makanan, dan ikan menjadi yang utama di
sini,” kata AHY.
Usai berdiskusi, AHY kembali berkeliling pasar melihat-lihat ikan dijual. “Wah ikan apa itu?”
tanya AHY. “Ikan kakap merah Pak, mari beli di sini,” jawab Victor, salah satu penjual ikan di
pasar Jembatan Puri. “Oh iya boleh saya beli yaa,” sahut AHY. Dengan wajah sumringah,
Victor langsung memasukan ikan kakap merah segar yang berukuran cukup besar ke dalam
plastik dan menyerahkannya pada AHY.
Bukan di lapak milik Victor saja, AHY juga sempat membeli ikan di enam penjual yang
berbeda. Mulai dari ikan bawal laut, ikan barakuda, sampai ikan puri, ikan khas di Papua Barat
yang berukuran kecil sepeti ikan teri, semuanya diborong AHY.
“Saya senang sekali, kaget juga tadi tiba-tiba pak Agus mau membeli ikan puri yang saya jual.
Ikan puri ini khas Papua Barat, makanya menjadi nama pasar ikan ini juga. Semoga pak Agus
terus memperhatikan kita, masyarakat kecil ini,” ujar salah satu pedagang ikan.